Wednesday, May 31, 2017

Makalah Prinsip-Prinsip Bimbingan dan Konseling







KATA PENGANTAR


            Puji syukur marilah kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya, sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan tepat waktu.

            Kami selaku pembuat makalah mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah ini, atas materinya tentang prinsip-prinsip bimbingan dan konseling, sehingga kami dapat menyusun makalh ini meskipun dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan.

            Kami selaku pembuat makalah menyadari keterbatasan kemampuan kami sehingga dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan adanya masukan, saran maupun kritik yang bisa membantu dan membangun guna menyempurnakan makalah ini.

            Akhir kata semoga makalah ini dapat bemanfaat bagi semua pihak.


Palu, 11 maret 2010







BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Prinsip merupakan paduan hasil kajian teoretik telaah lapangan yang digunakan sebagai pedoman pelaksanaan sesuatu yang dimaksudkan dalam pelayanan bimbingan dan konseling. Prinsip-prinsip yang digunakanya dari kajian filosofi, hasil-hasil penelitian dan pengalaman praktis tentang hakikat manusia, perkembangan dan kehidupan manusia dalam konteks sosial budayanya, pengertian, tujuan, fungsi, dan proses penyenggaraan bimbingan dan konseling.

B.     Tujuan

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memudahkan dalam mempelajari dan memahami prinsip-prinsip bimbingan dan konseling dan sebagai salah satu syarat dalam mengikuti perkuliahan bimbingan dan konseling.


BAB II
PEMBAHASAN

1.      Prinsip-prinsip Berkenaan dan Sasaran Pelayanan

Sasaran pelayanan bimbingan dan konseling adalah individu-individu baik secara perorangan maupun ke lompok.individu-individu itu sangat bervariasi,misalya dalam hal umurya, jenis kelaminya,setatus sosial ekonomi keluarga,kedudukan,pangkat dan jabatanya,dan fariasi-pariasi lainya.Secara lebih khusus lagi,menjadi sasaran pelayanan pada umumnya adalah perkembangan dan perikehidupan individu,numun secara lebih nyata dan langsung adalah sikap dan tingkah lakunya. Sikap dan tingkah laku dalam perkembengan dan kehidupanya itu mendorong dirumuskannya prinsip-prinsip bimbingan dan konseling sebagai berikut :

a.       Bimbingan dan konseling melayani semua individu, tanpa memandang umur, jenis kelamin, suku, bangsa, agama, dan status sosial ekonomi.
b.      Bimbingan dan koseling berurusan dengan sikap dan tingkah laku individu yang terbentuk dari berbagai aspek kepribadian yang konpleks dan unik.
c.       Untuk mengoptimalkan pelayanan bimbingan dan konseling sesuai dengan kebutuhan individu itu sendiri perlu dikenali dan dipahami keunikan setiap individu dengan berbagai kekuatan, kelemahan, dan permasalahanya.
d.      Setiap aspek pola kepribadian  yang kompleks seorang individu mengandung faktor-faktor yang secara potensial mengarah pada sikap dan polaa-pola tingkah laku yang tidak seimbang.
e.       Meskipun individu yang satu dan lainnya adalah serupa dalam berbagai hal, perbedaan individu harus dipahami dan dipertimbangkan dalam rangka upaya yang bertujuan memberikan bantuan atau bimbingan kepada individu-individu tertentu, baik mereka itu anak-anak, remaja ataupun orang dewasa.


2.      Prinsip-prinsip Berkenaan Dengan Masalah Individu

Secara ideal pelayanan bimbingan dan konseling ingin membantu semua individu dengan berbagai masalah. Namun, sesuai dengan keterbatasan yang ada pada dirinya sendiri, pelayanan bimbingan dan konseling hanya mampu menangani masalah klien secara tebatas. Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan hal itu adalah :
a.       Meskipun pelayanan bimbingan dan konseling menjangkau setiap tahap dan bidang perkembangan dan kehidupan individu, namun bidang bimbingan pada umumnya dibatasi hanya pada hal-hal yang menyangkut pengaruh kondisi mental dan fisik terhadap penyesuaian dirinya di rumah, di sekolah, serta dalam kaitannya dengan kontak sosial dan pekerjaan, dan sebaliknya pengaruh kondisi lingkungan terhadap kondisi mental dan fisik individu.
b.      Keadaan sosial, ekonomi dan politik yang kurang menguntungkan merupakan faktor salah satu pada diri individu dan hal itu semua menuntut perhatian seksama dari para konselor dalam mengentaskan masalah klien.

3.      Prinsip-prinsip Berkenaan dengan Program Pelayanan

Kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling baik diselenggarakan secara “insidental”, maupun terprogram. Pelayanan “insidental” diberikan kepada klien-klien yang secara lansung (tidak terprogram atau terjadwal) kepada konselor untuk meminta bantuan. Prinsip-prinsip berkenaan dengan program layanan bimbingan dan konseling itu adalah sebagai berikut:

a.       Bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dari proses pendidikan dan pengembangan.
b.      Program bimbingan dan konseling harus fleksibel, disesuaikan dengan kondisi lembaga (misalnya sekolah), kebutuhan individu dan masyarakat.
c.       Program pelayanan bimbingan dan konseling disusun dan diselenggarakan secara berkesinambungan kepada anak-anak sampai dengan orang dewasa.
d.      Terhadap pelaksanaan bimbingan dan konseling hendaknya diadakan penilaian yang teratur untuk mengetahui sejauh mana hasil dan manfaat yang diperoleh, serta mengetahui kesesuaian antara program yang direncanakan dan pelaksanaannya.

4.      Prinsip-prinsip Berkenaan dengan Pelaksanaan layanan

Pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling dimulai dengan pemahaman tentang tujuan layanan. Tujuan ini selanjutnya akan diwujudkan melalui proses tertentu yang dilaksanakan oleh tenaga ahli dalam bidangnya, yaitu konselo profesional. Prinsip-pinsip berkenaan dengan hal-hal tersebut adalah :

a.       Tujuan akhir bimbingan dan konseling adalah kemandirian setiap individu.
b.      Dalam proses konseling keputusan yang diambil dan hendak dilakukan oleh klien hendaknya atas kemauan klien sendiri, bukan karena kemauan atau desakan dari konselor.
c.       Permasalahan khusus yang dialami klien (untuk semua usia) harus ditangani oleh (dan kalau perlu dialihtangankan kepada) tenaga ahli dalam bidang yang relevan dengan permasalahan khusus tersebut.
d.      Bimbingan dan konseling adalah pekerjaan profesional.
e.       Guru dan orang tua memiliki tanggung jawab  yang berkaitan dengan pelayanan bimbingan dan konseling. Oleh karena itu bekerjasama antara konselor dengan guru dan orang tua amat diperlukan.
f.       Guru dan konselor berada dalam satu kerangka upaya pelayanan.
g.      Untuk mengelola pelayanan bimbingan dan konseling dengan baik dan sejauh mungkin memenuhi tuntutan individu, program pengukuran dan penilaian terhadap individu hendaknya dilakukan, dan himpunan data yang memuat hasil
ngukuran dan penilaian itu dikembangkan dan dimanfaatkan dengan baik.

h.      Organisasi program bimbingan hendaknya fleksibel, disesuaikan dengan kebutuhan individu dengan lingkungannya.
i.        Tanggung jawab pengelolaan program bimbingan dan konseling hendaknya diletakkan di pundak seorang pimpinan pogram yang terlatih dan terdidik secara khusus dalam pendidikan bimbingan dan konseling, bekerjasama dengan staf dan personal, lembaga di tempat ia bertugas dan lembaga-lembaga lain yang dapat menunjang program bimbingan dan konseling.
j.        Penilaian periodik perlu dilakukan terhadap program yang sedang berjalan.

5.      Prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling di Sekolah

Dalam lapangan operasional bimbingan dan konseling, sekolah merupakan lembaga yang wajah dan sosoknya sangat jelas. Di sekolah pelayanan bimbingan dan konseling diharapkan dapat tumbuh dan berkembang denganamat baik mengingat sekolah merupakan lahan yang secara potensial sangat subur. Namun harapan akan tumbuh-kembangnya pelayanan bimbingan dan konseling disekolah sesubur-suburnya itu sering kali masih tetap berupa harapan saja. Pelayanan bimbingan dan konseling secara resmi memang ada di sekolah, tetapi keberadaannya belum seperti dikehendaki. Dalam kaitan ini Belkin (1975) menegaskan enam prinsip untuk menegakkan dan menumbuhkembangkan pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah :

1.      Konselor harus melalui kariernya sejak awal dengan program kerja jelas, dan memiliki kesepian yang tinggi untuk melaksanakan progam tersebut. Konselor juga memberikan kesempatan kepada seluruh personal sekolah dan siswa untuk mengetahui program-program yang hendak dijalankan itu.
2.      Konselor harus selalu mempertahankan sikap profesional tanpa mengganggu keharmonisan hubungan antara konselor dengan personal sekolah lainnya dan siswa.
3.      Konselor bertanggung jawab untuk memahami peranannya sebagai konselor profesional dan menerjemahkan peranannya itu ke dalam kegiatan nyata.
4.      Konselor bertanggung jawab kepada semua siswa, baik siswa-siswa yang gagal, yang menimbulkan gangguan, yang berkemungkinan putus sekolah, yang mengalami permasalahan emosional, dll.
5.      Konselor harus memahami dan mengembangkan kompetensi untuk membantu siswa-siswa yang mangalami masalah dengan kadar yang cukup parah dan siswa-siswa yang menderita gangguan emosional, khususnya melalui penerapan program-program kelompok, kegiatan pengajaran di sekolah dan luar sekolah, serta bentuk-bentuk kegiatan lainnya.
Konselor harus mampu bekerjasama secara efektif dengan kepala sekolah, memberikan perhatian dan peka terhadap kebutuhan, harapan, dan kecemasan-kecemasannya.




BAB III
KESIMPULAN

            Prinsip-prinsip bimbingan dan konseling merupakan panduan hasil-hasil teori dan praktek yang dirumuskan dan dijadikan pedoman dan dasar bagi penyelenggaraan pelayanan. Prinsip-prinsip itu berkenaan dengan sasaran pelayanan, masalah individu, program dan penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling. Konselor terikat oleh prinsip-prinsip tersebut, di sekolah maupun di luar sekolah.




DAFTAR PUSTAKA

Mortesen, D.G.& Schmuller, G.S.(1997). Guidance in Today’s Schools. New york: john Wiley & Sons,lnc.

Miller, F.W, Fuehling, J.A. & Lewis, G.J. (1976). Principles of Guidance. Ohio Colombus: Charles E. Merril  publishing Company.

Munro,E.A., Manthei, R.J. & Small, J.J. (1979). Counseling: A Skill Approach, Welington: Methven Publication (NZ). Ltd.

Myers, J.E (1992). “Wellness, Prevention, Development” dalam journal of counseling and 
Development, November\Desember 1992, 72, 2, 136-139.

Tolbert, E.L (1959). Introduction to conseling. New: McGraw-Hill Book Company, IncVan Hoose, 
W.H (1976). Guidance for Total Development. ERIC, 1969, ED: 031762.

No comments:

Post a Comment