Wednesday, May 31, 2017

PEMBELAJARAN KREATIFITAS




BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar belakang
Dunia pendidikan dewasa ini di hadapkan pada suatu tantangan yaitu era pengatahuan. Era ini di tandai dengan perkembangan teknologi yang sangat pesat, penuh ketidakpastian, dan dilema. Menurut Handy, sebagai mana di kutib oleh Gibson, era tersebut merupakan era modal intelektual. Oleh karna itu, tujuan pendidikan dan pengajaran hendaknya bermuara pada pemunuhan keterampilan intelektual siswa agar kelak dapat berasimulasi dengan era pengetahuan.
Untuk mewujudkan tujuan tersebut, tampaknya perlu diperhatikan apa yang dikemukakan Rath et. al. Bahwa perlu mewujudkan tugas terpenting dalam mengajar yaitu membantu siswa dalam berfikir.
      Salah satu keterampilan intelektual yang diberikan kepada siswa adalah keterampilan mengembangkan daya cipta atau pikiran kreatif agar ia menjadi individu yang kreatif. Oleh karna itu, henhaknya semua guru mata pelajaran berusaha atau bertujuan untuk mengembangkan kemampuan kreatifitas siswa sehingga mereka bergerak ke arah “Aktualisasi diri” serta kesehatan mental yang lebih baik.

B.     Permasalahan
Di antara terpentingya pembentukan kreatifitas siswa, guru di sekolah tidak mempunyai banyak waktu untuk merancang metode atau gaya yang kreatif dalam metode membelajaran, mereka lebih memanfaatkan desaiain atau skenario yang telahada dan siap di operasikan.

C.    Tujuan

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui betapa pentingnya metode pembelajaran kreatifitas, dalam suatu metode pengajaran yang di lakukan oleh Guru. Dan dapat juga sebagai pedoman kita dalam mengajar siswa-siswi di skolah.



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Kreativitas Dan Belajar
Menurut Conny Semiawan dalam bukunya Memupuk Bakat Dan Kreativitas Siswa Di Sekolah Menengah, (1990:7), kreativitas adalah kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan baru dan menetapkannya dalam pemecahan masalah. Kreativitas meliputi baik ciri-ciri kogniif (aptitude) seperti kelancaran, keluwesan, (fleksibelitas) dan keaslian (orisinalitas) dalam pemikiran maupun ciri-ciri afekif (non-aptitude) seperti rasa ingin tahu, senang mengajukan pertanyaan dan selalu ingin mencari pengalaman baru.
Kreativitas tidak sama dengan intelegensi, dalam arti intelegensi question (IQ), sebagaimana dituangkan dalam penelitian (research) dari tahun 1970-an dan tahun 1980-an. Kita sekarang juga mengetahui bahwa jenis tertentu dari keahlian pikiran divergent dapat ditingkatkan dengan praktek dan latihan. Namun harapan “gagasan yang menghebohkan” yang sangat berguna dalam memahami kreativitas yang minat pada dua puluh terakhir adalah ide kreativitas sebagai multi intelegen (intelegen yang berlipat ganda).
    Dalam mendefinisikan tentang belajar banyak orang beranggapan bahwa yang dimaksud dengan belajar adalah mancari ilmu atau menuntut ilmu, hampir semua ahli pendidikan mencoba merumusakan dan menafsirkan tentang belajar, dalam definisi sering kali rumusan itu berbeda satu sama lain.
Menurut Abi Syamsudin Makmun (2001:157), belajar adalah suatu proses yang selalu menunjukkan kepada suatu proses perubahan prilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktik atau pengalaman tertentu. Pendapat yang sama dikemukakan oleh Alisuf Sobri (1995:55) bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku sebagai akibat pengalaman atau latihan.
Belajar tidak hanya meliputi mata pelajaran, tetapi juga penguasaan, kebiasaan, persepsi, kesenangan, minat, penyesuaian sosial, bermacam-macam keterampilan dan cita-cita. Namun tidak sama perubahan prilaku berarti belajar, orang yang tangannya patah karena kecelakaan mengubahtingkah lakunya, tetapi kehilangan tangan itu sendiri bukanlah belajar. Mungkin orang itu melakukan perbuatan belajar untuk mengimbangi tangannya yang hilang itu dengan mempelajari keterampilan baru. Perubahan tidak selalu harus menghasilkan perbaikan ditinjau dari nilai-nilai sosial. Seorang penjahat mungkin sekali menjadi seorang ahli, tetapi dari segi pendangan sosial hal itu bukanlah berarti perbaikan.
Menurut Hilgard dan Brower sebagaimana yang dikutip oleh Oemar Hamalik (2008:45) dalam bukunya psikologi pendidikan mereka mendefinisikan belajar sebagai perubahan dalam perbuatan melalui aktivitas, praktek dan pengalaman.
Berdasarkan uraian tentang kreativitas dan belajar di atas, maka saya dapat menyimpulkan bahwa kreativitas belajar yang dimaksud adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh anak didik (siswa) dalam proses pembelajaran atau mengembangkan segala potensi yang ada dalam dirinya baik dalam ranah kognitif, afektif, psikomotorik.

B.     Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kreativitas Belajar
Pengembangan kreativitas siswa dalam proses pembelajaran merupakan hal penting, sebab jika kreativitas siswa tidak muncul maka proses pembelajaran tersebut akan statis, artinya tidak ada interaksi yang baik antara pendidik dan anak didik, oleh karena itu kita harus mengetahui dan memahami faktor-faktor yang mempengaruhi kreativitas belajar siswa.
Kreativitas belajar dan konteks ini, berarti para siswa diharapkan mampu membuat koneksi (keterkaitan) atas diri mereka sendiri, untuk hadir dan menghasilkan kombinasi-kombinasi baru, untuk mengaplikasikan imajinasi dalam bahasa yang mereka gunakan. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kreativitas belajar antara lain :
1.      Faktor internal siswa
faktor Internal siswa adalah yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang meliputi dua aspek, yaitu aspek fisiologis (jasmaniah) dan aspek psikologis (rohaniah), aspek fisiologis (jasmaniah)meliputi kesempurnaan fungsi seluruh panca indera terutama otak, karena otak adalah sumber dan menara pengontrol kegiatan badan manusia. Otak merupakan kesatuan system memori, sehingga manusia dapat belajar dengan cara menyerap, mengolah, menyimpan, dan memperoduksi pengetahuan dan keterampilan untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupannya di muka bumi.


2.      Faktor eksternal siswa
faktor eksternal siswa terdiri dari dua macam, yaitu faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan non sosial, lingkungan sosial sekolah seperti guru, para staf administrasi, teman-teman sekelas dapat mempengaruhi kreativitas belajar seorang siswa.
3.      Faktor instrumental
yang terdiri dari gedung atau sarana fisik kelas, alat pengajaran, media pengajaran, guru dan kurikulum atau materi pelajaran serta strategi belajar mengajar yang digunakan akan mempengaruhi proses belajar dan kreativitas belajar siswa.


C.    Cara Mengembangkan Kreatifitas
Para siswa dibimbing agar memiliki kemampuan kreatifitas, mampu berfikir kritis dan mampu memecahkan masalah. Oleh karena itu, melalui proses belajar mengajar diupayakan tercapainya tujuan-tujuan tersebut. Guru perlu menyediakan kondisi belajar yang memungkinkan terjadinya penambahan aspek keluwesan, keaslian, dan kuantitas kreatifitas yang dimiliki oleh para siswa.
Adapun prosedur mengembangkan kreatifitas menurut Hamalik (2002:180-182) sebagai berikut :
1.      Mengklasifikasikan jenis masalah yang akan disajikan kepada siswa.
2.      Mengembangkan dan menggunakan keterampilan-keterampilan memecahkan masalah.
3.      Memberikan ganjaran/hadiah bagi yang berhasil dalam belajar kreatif.

Sebagaimana halnya dengan pengalaman belajar yang sangat menyenangkan, pada belajar kreatif kita lihat secara aktif serta ingin mendalami bahan yang dipelajari. Dalam proses belajar secara kreatif digunakan proses berfikir divergen (proses berfikir ke macam-macam arah dan menghasilkan banyak alternatif penyelesaian) dengan proses berfikri konvergen (proses berfikir yang mencari jawaban tunggal yang paling tepat) berfikir kritis.
Gagasan-gagasan yang kreatif, hasil-hasil karya yang kreatif tidak muncul begitu saja, untuk dapat menciptakan sesuatu yang bermakna dibutuhkan persiapan. Masa seorang anak duduk di bangku sekolah termasuk masa persiapan ini karena mempersiapkan seseorang agar dapat memecahkah masalah-masalah. Demikianlah semua data (pengalaman) memungkinkan seorang mencipta, yaitu dengan mengabung-gabungkan (mengkombinasikan) menjadi sesuatu yang baru.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh seorang guru yang professional dalam menyusun program pembelajaran yang dapat meningkatkan kreativitas siswa dalam belajar yaitu :
1.      Menciptakan lingkungan di dalam kelas yang merangsang belajar kreatif
a.       Memberikan Pemanasan
Sebelum memulai dengan kegiatan yang menuntut prilaku kreatif siswa sesuai dengan rencana pelajaran lebih dahulu diusahakan sikap menerima (reseptif) di Kalangan siswa, terutama berlaku apabila siswa sebelumnya baru saja terlibat dalam suatu penguasaan yang berstruktur, mengerjakan soal fiqih, tugas atau kegiatan, bertujuan meningkatkan pemikiran kreatif menuntut sikap belajar yang berbeda lebih terbuka dan tertantang berperanserta secara aktif dengan memberikan gagasan-gagasan sebanyak mungkin untuk itu diberikan  pemanasan yang dapat tercapai dengan memberikan pertanyaan pertanyaan terbuka dengan menimbulkan minat dan rasa ingin tahu siswa. 
b.      Pengaturan Fisik
Membagi siswa dalam kelompok untuk mengadakan diskusi kelompok.
c.       Guru sebagai Fasilitator
kegiatan belajar secara kreatif sering menuntut lebih banyak kegiatan fisik, dan diskusi antara siswa oleh karena itu guru hendaknya agak tenggang rasa dan luwes dalam menuntut ketenangan dan sebagai siswa tetap duduk pada tempatnya. Guru harus dapat membedakan kesibukan yang asyik sert suara-suara yang produktif yang menunjukkan bahwa siswa bersibuk diri secara kreatif.
d.      Kesibukan Dalam Kelas
Guru dan anak yang berbakat lebih berperan sebagai fasilitator dari pada sebagai pengarah yangmenentukan segalagalanya baigsiswa. Sebagai fasilitator gurumendorong siswa (memotivator) untuk menggabungkan inisiatif dalam menjajaki tugas-tugas baru. Guru harus terbuka menerima gagasa dari semua siswa dan gur harus dapat menghilangkan ketakutan, kecemasan siswa yang dapt menghambat dan pemecahan masalah secara keatif (Munandar, 1992 : 78-81).

2.      Mengajukan dan mengundang pertanyaan
Dalam proses belajar mengjar, diperlukan keterampilan guru baik dalam mengajukan pertanyaan kepada siswa maupun dalam mengundang siswa untuk bertanya.
a. Tehnik Bertanya
Pertanyaan yang merangsang pemikiran kreatif adalah pertanyaan semacam divergen atau terbuka. Pertanyaan semacam ini membantu siswa mengembangkan keterampilan mengumpulkan fakta, merumuskan hipotesis, dan menguji atau menilai informasi mereka.

b. Metode Diskusi
Dalam metode dikusi, peran guru dangat menentukan keberhasilan, guru berperan sebagai pasilitator yang mengenalkan masalah kepada siwa dan memberikan informasi seperlunya yang mereka butuhkan unutk membahas masalah. Guru memang diperlukan misalnya jika timbul kemacetan dalam diskusi atau untuk menghindari kesalahan yang tersembunyi agar siswa tidak terlalu menyimpang dari arah yang dituju.

c. Metode Inquiri-Discovery
pendekatan inquiry (pengajuan pertanyaan, penyelidikan) dan discopery (penemuan) dalambelajar penting dalan proses pemecahanmasalah.
Ada tiga tahap dalam proses pemecahan masalah melalui inquiry, pertamma adanya kesadaran bahwa ada masalah. Hal ini merupakan factor yang memotivasi siswa untuk melanjutkan dengan merumuskan masalah (tahap kedua), pada tahap ini masalah dirumuskan dan timbul gagasan-gagasan sebagai strategi kemungkinan pemecahan. Melalui inquiry informasi mengenai masalah dihimpun. Tahap ketiga adalah mencari atau  menjajaki (searching). Pada tahap pertanyaan dan informasi dihubungkan dengan perumusan hipotesis. Keativitas berkaitan erat dengan proses perumusan hipotesis, yaitu dalam mengajukan pertnayaan dan hipotesis dalam mneghubungakan fakta yang diketahui dan asas-asas untuk mengembangkan strategi pemecahan, serta harus memperinci dan merumuskan kebutuhan dalammencari informasi, jadi, semua proses berfikir : kelancaran, keluwesan (fluksibilitas), orisinilitas, dan pemerincian (elaborasi) temasuk dalam prosess pemecahan masalah melalui inquiry-diskovery.

3.      Memadukan perkembangan kognitif (berfikir), afektif (sikap) dan Psikomotorik (perasaan). 
Dalam rangka membangun manusia seutuhnya perlu ada keseimbanganaantara semua aspek perkembangan yaitu perkembangan  mental intelektual, perkembangan social, perkembanan emosi (kehidupan perasaan) dan perkembangan moral.
a.       Ciri-ciri kemampuan berfikir kreatif (aptitude)
·                      Keterampilan berfikir lancar
·                      Keterampilan berfikir luwes
·                      Keterampilan berfikir orisinal
·                      Keterampilan memperinci
·                      Keterampilan menilai
b.      Cirri-ciri efektif (nonaptitude)
·                      Rasa ingin tahu
·                      Bersifat imajinatif
·                      Merasa tergantung oleh kemajemukan
·                      Sifat berani mengambil resiko
·                      Sifat menghargai (Munandar, 1999 : 88-93).
c.       Menggabung pemikiran divergen dan pemikiran konvergen
Pemikiran konvergen yang menuntut siswa mencari jawaban tunggal yang paling tepat berdasarkan informasi yang diberikan sudah tidak asing bagi siswa-siswa sekolah dasar. Pemikiran divergen atau pemikiran kreatif sebaiknya menuntut siswa mencari sebanyak mungkin jawaban terhadap suatu persoalan.



DAFTAR BACAAN

No comments:

Post a Comment