BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Dunia pendidikan dewasa ini di hadapkan pada suatu tantangan yaitu era
pengatahuan. Era ini di tandai dengan perkembangan teknologi yang sangat pesat,
penuh ketidakpastian, dan dilema. Menurut Handy, sebagai mana di kutib oleh
Gibson, era tersebut merupakan era modal intelektual. Oleh karna itu, tujuan
pendidikan dan pengajaran hendaknya bermuara pada pemunuhan keterampilan
intelektual siswa agar kelak dapat berasimulasi dengan era pengetahuan.
Untuk
mewujudkan tujuan tersebut, tampaknya perlu diperhatikan apa yang dikemukakan
Rath et. al. Bahwa perlu mewujudkan tugas terpenting dalam mengajar yaitu
membantu siswa dalam berfikir.
Salah satu keterampilan intelektual yang diberikan
kepada siswa adalah keterampilan mengembangkan daya cipta atau pikiran kreatif
agar ia menjadi individu yang kreatif. Oleh karna itu, henhaknya semua guru
mata pelajaran berusaha atau bertujuan untuk mengembangkan kemampuan
kreatifitas siswa sehingga mereka bergerak ke arah “Aktualisasi diri” serta
kesehatan mental yang lebih baik.
B.
Permasalahan
Di antara terpentingya pembentukan kreatifitas siswa, guru di sekolah tidak
mempunyai banyak waktu untuk merancang metode atau gaya yang kreatif dalam metode
membelajaran, mereka lebih memanfaatkan desaiain atau skenario yang telahada
dan siap di operasikan.
C.
Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini
adalah untuk mengetahui betapa
pentingnya metode pembelajaran kreatifitas, dalam suatu metode pengajaran yang
di lakukan oleh Guru. Dan dapat juga sebagai pedoman kita dalam mengajar
siswa-siswi di skolah.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Kreativitas Dan Belajar
Menurut Conny Semiawan dalam bukunya Memupuk Bakat Dan
Kreativitas Siswa Di Sekolah Menengah, (1990:7), kreativitas adalah kemampuan
untuk memberikan gagasan-gagasan baru dan menetapkannya dalam pemecahan
masalah. Kreativitas meliputi baik ciri-ciri kogniif (aptitude) seperti
kelancaran, keluwesan, (fleksibelitas) dan keaslian (orisinalitas) dalam
pemikiran maupun ciri-ciri afekif (non-aptitude) seperti rasa ingin tahu,
senang mengajukan pertanyaan dan selalu ingin mencari pengalaman baru.
Kreativitas
tidak sama dengan intelegensi, dalam arti intelegensi question (IQ),
sebagaimana dituangkan dalam penelitian (research) dari tahun 1970-an dan tahun
1980-an. Kita sekarang juga mengetahui bahwa jenis tertentu dari keahlian
pikiran divergent dapat ditingkatkan dengan praktek dan latihan. Namun harapan
“gagasan yang menghebohkan” yang sangat berguna dalam memahami kreativitas yang
minat pada dua puluh terakhir adalah ide kreativitas sebagai multi intelegen
(intelegen yang berlipat ganda).
Dalam mendefinisikan tentang belajar banyak orang beranggapan
bahwa yang dimaksud dengan belajar adalah mancari ilmu atau menuntut ilmu,
hampir semua ahli pendidikan mencoba merumusakan dan menafsirkan tentang belajar,
dalam definisi sering kali rumusan itu berbeda satu sama lain.
Menurut Abi Syamsudin Makmun (2001:157), belajar adalah suatu
proses yang selalu menunjukkan kepada suatu proses perubahan prilaku atau
pribadi seseorang berdasarkan praktik atau pengalaman tertentu. Pendapat yang
sama dikemukakan oleh Alisuf Sobri (1995:55) bahwa belajar adalah proses
perubahan tingkah laku sebagai akibat pengalaman atau latihan.
Belajar
tidak hanya meliputi mata pelajaran, tetapi juga penguasaan, kebiasaan,
persepsi, kesenangan, minat, penyesuaian sosial, bermacam-macam keterampilan
dan cita-cita. Namun tidak sama perubahan prilaku berarti belajar, orang yang
tangannya patah karena kecelakaan mengubahtingkah lakunya, tetapi kehilangan
tangan itu sendiri bukanlah belajar. Mungkin orang itu melakukan perbuatan
belajar untuk mengimbangi tangannya yang hilang itu dengan mempelajari
keterampilan baru. Perubahan tidak selalu harus menghasilkan perbaikan ditinjau
dari nilai-nilai sosial. Seorang penjahat mungkin sekali menjadi seorang ahli,
tetapi dari segi pendangan sosial hal itu bukanlah berarti perbaikan.
Menurut
Hilgard dan Brower sebagaimana yang dikutip oleh Oemar Hamalik (2008:45) dalam
bukunya psikologi pendidikan mereka mendefinisikan belajar sebagai perubahan
dalam perbuatan melalui aktivitas, praktek dan pengalaman.
Berdasarkan uraian tentang kreativitas dan belajar di atas,
maka saya dapat menyimpulkan
bahwa kreativitas belajar yang dimaksud adalah kemampuan-kemampuan yang
dimiliki oleh anak didik (siswa) dalam proses pembelajaran atau mengembangkan
segala potensi yang ada dalam dirinya baik dalam ranah kognitif, afektif,
psikomotorik.
B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kreativitas
Belajar
Pengembangan kreativitas siswa dalam proses pembelajaran
merupakan hal penting, sebab jika kreativitas siswa tidak muncul maka proses
pembelajaran tersebut akan statis, artinya tidak ada interaksi yang baik antara
pendidik dan anak didik, oleh karena itu kita harus mengetahui dan memahami
faktor-faktor yang mempengaruhi kreativitas belajar siswa.
Kreativitas
belajar dan konteks ini, berarti para siswa diharapkan mampu membuat koneksi
(keterkaitan) atas diri mereka sendiri, untuk hadir dan menghasilkan
kombinasi-kombinasi baru, untuk mengaplikasikan imajinasi dalam bahasa yang
mereka gunakan. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kreativitas belajar
antara lain :
1. Faktor
internal siswa
faktor Internal
siswa adalah yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang meliputi dua
aspek, yaitu aspek fisiologis (jasmaniah) dan aspek psikologis (rohaniah),
aspek fisiologis (jasmaniah)meliputi kesempurnaan fungsi seluruh panca indera
terutama otak, karena otak adalah sumber dan menara pengontrol kegiatan badan
manusia. Otak merupakan kesatuan system memori, sehingga manusia dapat belajar
dengan cara menyerap, mengolah, menyimpan, dan memperoduksi pengetahuan dan
keterampilan untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupannya di muka bumi.
2. Faktor
eksternal siswa
faktor eksternal
siswa terdiri dari dua macam, yaitu faktor lingkungan sosial dan faktor
lingkungan non sosial, lingkungan sosial sekolah seperti guru, para staf
administrasi, teman-teman sekelas dapat mempengaruhi kreativitas belajar
seorang siswa.
3. Faktor
instrumental
yang terdiri dari
gedung atau sarana fisik kelas, alat pengajaran, media pengajaran, guru dan
kurikulum atau materi pelajaran serta strategi belajar mengajar yang digunakan
akan mempengaruhi proses belajar dan kreativitas belajar siswa.
C. Cara Mengembangkan Kreatifitas
Para siswa dibimbing agar memiliki kemampuan kreatifitas,
mampu berfikir kritis dan mampu memecahkan masalah. Oleh karena itu, melalui
proses belajar mengajar diupayakan tercapainya tujuan-tujuan tersebut. Guru
perlu menyediakan kondisi belajar yang memungkinkan terjadinya penambahan aspek
keluwesan, keaslian, dan kuantitas kreatifitas yang dimiliki oleh para siswa.
Adapun prosedur mengembangkan kreatifitas menurut Hamalik
(2002:180-182) sebagai berikut :
1. Mengklasifikasikan
jenis masalah yang akan disajikan kepada siswa.
2. Mengembangkan
dan menggunakan keterampilan-keterampilan memecahkan masalah.
3. Memberikan
ganjaran/hadiah bagi yang berhasil dalam belajar kreatif.
Sebagaimana halnya dengan pengalaman belajar yang sangat
menyenangkan, pada belajar kreatif kita lihat secara aktif serta ingin
mendalami bahan yang dipelajari. Dalam proses belajar secara kreatif digunakan
proses berfikir divergen (proses berfikir ke macam-macam arah dan menghasilkan
banyak alternatif penyelesaian) dengan proses berfikri konvergen (proses
berfikir yang mencari jawaban tunggal yang paling tepat) berfikir kritis.
Gagasan-gagasan yang kreatif, hasil-hasil karya yang kreatif
tidak muncul begitu saja, untuk dapat menciptakan sesuatu yang bermakna
dibutuhkan persiapan. Masa seorang anak duduk di bangku sekolah termasuk masa
persiapan ini karena mempersiapkan seseorang agar dapat memecahkah
masalah-masalah. Demikianlah semua data (pengalaman) memungkinkan seorang
mencipta, yaitu dengan mengabung-gabungkan (mengkombinasikan) menjadi sesuatu
yang baru.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh seorang guru
yang professional dalam menyusun program pembelajaran yang dapat meningkatkan
kreativitas siswa dalam belajar yaitu :
1. Menciptakan lingkungan di dalam kelas yang
merangsang belajar kreatif
a. Memberikan
Pemanasan
Sebelum memulai dengan kegiatan yang
menuntut prilaku kreatif siswa sesuai dengan rencana pelajaran lebih dahulu
diusahakan sikap menerima (reseptif) di Kalangan siswa, terutama berlaku
apabila siswa sebelumnya baru saja terlibat dalam suatu penguasaan yang
berstruktur, mengerjakan soal fiqih, tugas atau kegiatan, bertujuan
meningkatkan pemikiran kreatif menuntut sikap belajar yang berbeda lebih
terbuka dan tertantang berperanserta secara aktif dengan memberikan
gagasan-gagasan sebanyak mungkin untuk itu diberikan pemanasan yang dapat
tercapai dengan memberikan pertanyaan pertanyaan terbuka dengan menimbulkan
minat dan rasa ingin tahu siswa.
b. Pengaturan
Fisik
Membagi siswa dalam kelompok untuk
mengadakan diskusi kelompok.
c. Guru
sebagai Fasilitator
kegiatan belajar secara kreatif
sering menuntut lebih banyak kegiatan fisik, dan diskusi antara siswa oleh
karena itu guru hendaknya agak tenggang rasa dan luwes dalam menuntut
ketenangan dan sebagai siswa tetap duduk pada tempatnya. Guru harus dapat
membedakan kesibukan yang asyik sert suara-suara yang produktif yang
menunjukkan bahwa siswa bersibuk diri secara kreatif.
d. Kesibukan
Dalam Kelas
Guru dan anak yang berbakat lebih
berperan sebagai fasilitator dari pada sebagai pengarah yangmenentukan
segalagalanya baigsiswa. Sebagai fasilitator gurumendorong siswa (memotivator)
untuk menggabungkan inisiatif dalam menjajaki tugas-tugas baru. Guru harus
terbuka menerima gagasa dari semua siswa dan gur harus dapat menghilangkan
ketakutan, kecemasan siswa yang dapt menghambat dan pemecahan masalah secara
keatif (Munandar, 1992 : 78-81).
2. Mengajukan dan mengundang pertanyaan
Dalam proses belajar mengjar, diperlukan keterampilan guru
baik dalam mengajukan pertanyaan kepada siswa maupun dalam mengundang siswa
untuk bertanya.
a. Tehnik Bertanya
Pertanyaan yang
merangsang pemikiran kreatif adalah pertanyaan semacam divergen atau terbuka.
Pertanyaan semacam ini membantu siswa mengembangkan keterampilan mengumpulkan
fakta, merumuskan hipotesis, dan menguji atau menilai informasi mereka.
b. Metode Diskusi
Dalam metode dikusi, peran guru dangat
menentukan keberhasilan, guru berperan sebagai pasilitator yang mengenalkan
masalah kepada siwa dan memberikan informasi seperlunya yang mereka butuhkan
unutk membahas masalah. Guru memang diperlukan misalnya jika timbul kemacetan
dalam diskusi atau untuk menghindari kesalahan yang tersembunyi agar siswa
tidak terlalu menyimpang dari arah yang dituju.
c. Metode Inquiri-Discovery
pendekatan inquiry (pengajuan
pertanyaan, penyelidikan) dan discopery (penemuan) dalambelajar penting dalan
proses pemecahanmasalah.
Ada tiga tahap
dalam proses pemecahan masalah melalui inquiry, pertamma adanya kesadaran bahwa
ada masalah. Hal ini merupakan factor yang memotivasi siswa untuk melanjutkan
dengan merumuskan masalah (tahap kedua), pada tahap ini masalah dirumuskan dan
timbul gagasan-gagasan sebagai strategi kemungkinan pemecahan. Melalui inquiry
informasi mengenai masalah dihimpun. Tahap ketiga adalah mencari atau
menjajaki (searching). Pada tahap pertanyaan dan informasi dihubungkan dengan
perumusan hipotesis. Keativitas berkaitan erat dengan proses perumusan
hipotesis, yaitu dalam mengajukan pertnayaan dan hipotesis dalam mneghubungakan
fakta yang diketahui dan asas-asas untuk mengembangkan strategi pemecahan,
serta harus memperinci dan merumuskan kebutuhan dalammencari informasi, jadi,
semua proses berfikir : kelancaran, keluwesan (fluksibilitas), orisinilitas,
dan pemerincian (elaborasi) temasuk dalam prosess pemecahan masalah melalui
inquiry-diskovery.
3. Memadukan perkembangan kognitif (berfikir),
afektif (sikap) dan Psikomotorik (perasaan).
Dalam rangka membangun manusia seutuhnya perlu ada
keseimbanganaantara semua aspek perkembangan yaitu perkembangan mental
intelektual, perkembangan social, perkembanan emosi (kehidupan perasaan) dan
perkembangan moral.
a. Ciri-ciri
kemampuan berfikir kreatif (aptitude)
·
Keterampilan berfikir lancar
·
Keterampilan berfikir luwes
·
Keterampilan berfikir orisinal
·
Keterampilan memperinci
·
Keterampilan menilai
b.
Cirri-ciri efektif (nonaptitude)
·
Rasa ingin tahu
·
Bersifat imajinatif
·
Merasa tergantung oleh kemajemukan
·
Sifat berani mengambil resiko
·
Sifat menghargai (Munandar, 1999 : 88-93).
c.
Menggabung pemikiran divergen dan pemikiran konvergen
Pemikiran
konvergen yang menuntut siswa mencari jawaban tunggal yang paling tepat
berdasarkan informasi yang diberikan sudah tidak asing bagi siswa-siswa sekolah
dasar. Pemikiran divergen atau pemikiran kreatif sebaiknya menuntut siswa
mencari sebanyak mungkin jawaban terhadap suatu persoalan.
DAFTAR BACAAN
No comments:
Post a Comment